Jika
kita berbicara tentang sosok pemimpin di masa kini, sebenarnya sosok pemimpin
apa sih yang sesuai dengan harapan
kita? Ya, mungkin sosok pemimpin
yang jujur dan sociable kali yah. Perilaku jujur dari seorang pemimpin di zaman
seperti sekarang ini memang sukar untuk ditemukan sepertinya. Bisa dilihat
berita-bertita di media, baik itu koran
atau pun televisi,
tak sedikit diantaranya para pemimpin yang terlibat kasus Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN). Nah,sebenarnya apakah jabatan kepemimpinan identik
dengan perilaku korup? Tentu saja tidak, karena perilaku menyimpang tersebut (korup) dari seorang pemimpin, menurut
saya merupakan kesalahan dan kekhilafan dari individu tersebut.
Sesungguhnya di dalam berpolitik pun
sifat-sifat/ perilaku dari tiap-tiap
individu dapat terlihat, baik itu kemarahan, tidak tahu malu,
persaingan, saling sikut, dan sebagainya. Hal-hal tersebut bisa saja terjadi di dalam dunia perpolitikan.
Jadi,
menurut saya bukan ilmu/ kajian politik yang harus dijadikan kambing hitam dari
perilaku korup para pemimpin yang
menyimpang. Melainkan hal tersebut karena kesalahan indvidu (pemimpin) itu sendiri.
Nah, sekarang
waktunya bagi generasi muda “pengubah
bangsa’’
untuk
melakukan “reformasi moral’’ di dalam
mengisi aktivitas-aktivitas perpolitikan di Indonesia. Politik tanpa moral
ibarat “sayur tanpa garam’’. Kenapa demikian?
Karena politik tidak akan terasa enak dan berkahnya tanpa adanya moralitas.
Apalagi jika seseorang yang memangku suatu jabatan tanpa moralitas yang tinggi, dijamin hanya
akan menambah “krisis moral” saja di Indonesia. Mungkin jika seorang
pemimpin yang korup bebas dari
peradilan anti korupsi di Indonesia, tapi ingatlah “pengadilan Allah SWT” jauh
lebih adil dan abadi.
Di
zaman Reformasi ini siapa saja boleh “ngimpi”
kok untuk berpartisipasi di dalam kancah politik Indonesia. Mau jadi
gubernur atau bupati juga boleh. Tapi yang terpenting dari itu semua menurut
saya, apa pun bentuk jabatan yang kita peroleh, isilah jabatan tersebut sebaik
mungkin dan selalu berpikirlah bahwa
ketika kita sudah memangku suatu jabatan itu semua tak lepas dari dukungan
orang-orang sekitar, rakyat lebih tepatnya. Maka selalu ingat kita harus menjalankan
aspirasi rakyat (mementingkan kepentingan rakyat). Sudah terlalu sering
rakyat terkhianati oleh janji-janji
kosong dan bohong dari seorang pemimpin yang tidak bertanggung jawab dan tidak
amanah. Kita harus merubah paradigma bahwa “poitik itu terkadang kotor dan
menjijikan” dengan selalu jujur di dalam langkah kehidupan ini. Jujur dalam memperjuangkan kekuasaan dan
mempertahankannya.
Jujur
itu terkadang sukar, akan tetapi jika terbiasa maka hal itu mudah. So,
tanamkan kejujuran mulai dari hal yang kecil dan hari ini. Agar kelak
kita menjadi pemimpin, maka insyaallah kekuasaan kita untuk memimpin rakyat
akan menjadi berkah. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar